Rabu, 01 April 2009

PERILAKU ANAK YANG TEMPER TANTRUM

PERILAKU ANAK YANG TEMPER TANTRUM

  1. PENDAHULUAN

Usia anak prasekolah merupakan masa yang amat khusus bagi kehidupan seorang anak karena selama masa ini, seorang anak mulai membangun rasa percaya terhadap dunia lain disekitarnya selain lingkungan keluarganya. Pada usia 2-3 tahun anak cenderung memiliki keinginan sendiri sehingga menjadi hal yang berat bagi anak ketika mereka harus melakukan apa yang disuruh orang lain (orang tua / guru ), suka ataupun tidak. Bahkan ada sebagian anak yang cenderung memiliki sikap temperamen, suka marah-marah, mempunyai sikap agresif, mudah menangis, suka menjerit-jerit serta menghentak-hentakkan kaki dan tangan pada lantai atau tanah. Menurut C.P.Chaplin (dalam Hildayani dkk.,2008) perilaku temper tantrum adalah suatu ledakan emosi yang kuat sekali, disertai rasa marah, serangan agresif, menangis, menjerit-jerit, serta menghentak-hentakkan kedua kaki dan tangan pada lantai atau tanah. Perilaku temper tantrum sering dikatakan sebagai reaksi yang berlebihan dari seorang anak ketika keinginanya tidak dipenuhi.

Pada dasarnya perilaku temper tantrum memiliki aspek positif yaitu sebagai suatu cara mempertahankan diri ketiak seorang anak berada dalam keadaan frustasi, diganggu, atau ketika sesuatu dari milik mereka diambil. Temper tantrum akan menjadi masalah yang serius bila ia menjadi cara pemecahan masalah favorit bagi anak untuk memperoleh keinginannya. Jadi setiap saat ia menginginkan sesuatu maka anak akan menunjukkan temper tantrum.

B. PEMBAHASAN

Menurut Kidsource.com (dalam Hildayani,2008) ada 3 jenis tamtrum yaitu:

1. Manipulative tantrum

Manipulative tantrum terjadi ketika seseorang anak tidak memperoleh apa yang diinginkan. Perilaku ini akan berhenti saat keinginan anak dituruti.

  1. Verbal Frustration Tantrum

Tantrum jenis ini terjadi ketika anak tahu apa yang ia inginkan tetapi tidak tahu bagaimana cara menyampaikan keinginannya denagan jelas. Pada kejadian ini anak akan mengalami frustasi. Tantrum jenis ini akan menghilan sejalan dengan peningkatan kemampuan komunikasi anak, dimana anak semakin mampu untuk menjelaskan kesulitan yang dialaminya.

  1. Temperamental Tantrum

Temperamental tantrum terjadi ketika tingkat frustasi anak mencapai tahap yang sangat tinggi, dan anak menjadi sangat tidak terkontrol, sangat emosional. Anak akan merasa sangat lelah dan sangat kecewa. Pada tantrum jenis ini anak sulit untuk berkonsentrasi dan mendapatkan kontrol terhadap dirinya sendiri. Anak tampak bingung dan mengalami disorientasi. Walaupunmereka tidak meminta tolong, tetapi sesungguhnya mereka sangat membutuhkannya.

Menurut Shaefer & Millman,1981 ( dalam Hildayani,2008) perilaku temper tantrum yang ditunjukkan seorang anak dapat muncul dalam bentuk yang bermacam-macam, diantaranya adalah perilaku berteriak, memecahkan benda-benda, atau bergilingan di lantai. Beberapa anak bahkan dapat menyakiti diri sendiri (memukul kepalanya) atau mencoba menyakiti siapapun yang datang mendekatinya. Pada titik yang ekstrim seorang anak dapat menunjukkan perilaku temper tantrum dengan menahan napas mereka selama beberapa saat.

Anak yang menunjukkan temper tantrum berarti sedang memperlihatkan kemarahannya. Hal ini dilakukan Karena mereka tidak dapat menunjukkan atau menjelaskan perasaan dan keinginannya melalui kata-kata hingga akhirnya mereka menjadi frustasi dan marah. Sesungguhnya ada banyak hal yang dapat memicu kemarahan seorang anak diantaranya frustasi, lelah, dan penolakan.

Menurut Lansdown & Walker,1996 (dalam Hildayani,2008) karakteristik anak yang menunjukkan temper tantrum adalah sebagai berikut:

  1. Anak sering berada dalam kelelahan, tekanan,dan kecemasan yang tinggi.
  2. Anak yang memiliki temperamen sulit, sering stress.
  3. Anak yang memiliki orang tua sangat sensitive, dimana orang tua mereka sendiri cenderung sering menunjukkan temper tantrum. Yang penting diingat ialah contoh yang ditunjukkan orang tua sangat besar pengaruhnya pada anak.

C. PENANGANAN ANAK YANG TEMPER TANTRUM

Anak yang masih menunjukkan tantrum setiap kali keinginannya tidak terpenuhi, biasanya dikarenakan tantrum telah menjadi “senjata”baginya untuk memenuhi apa yang diinginkannya.

Menurut Dr. Kesster (dalam Chairani,2003) (dalam Hildayani,2008) “Ketika usia anak 4-5 tahun, orang tua benar-benar diuji niatnya untuk menangani rasa marah (yang ditunjuk anak) itu.” Hal ini karena anak-anak diusia 3 tahun sesungguhnya telah mengalami bahasa komunikasi sehingga seharusnya mereka telah mampu mengungkapkan keinginannya dan tidak lagi menunjukkan perilaku tantrum.

Beberapa cara penanganan dalam mengahadapi anak yang temper tantrum yang terjadi pada anak usia prasekolah adalah sebagai berikut:

  1. Mencoba mengerti dan memahami jenis tantrum apa yang terjadi pada saat itu.

Bila anak menunjukan manipulative tantrum maka seorang guru hendaknya mengabaikan perilaku anak pada saat itu, tidak melihat kearah anak, mencoba bersikap tenang dan tetap melakukan pekerjaan. Apabila anak tetap melakukan tantrumnya dan berteriak-teriak untuk menarik perhatian guru, maka yang harus dilakukan guru adalah memisahkan anak dari teman-temannya. Anak diamankan pada ruangan yang dipastikan aman. Anak diberitahu apabila dia dapat mengendalikan kemarahannya maka anak tersebut dapat kembali keteman-temannya. Sebaiknya sikap guru jangan menunjukkan kemarahannya sehingga anak dapat menghentikan sikapnya tersebut. Beri penjelasan pada siswa lain bahwa temannya sedang dihukum agar berhenti berteriak-teriak dan tidak perlu memperhatikan perilaku tersebut dan tetap melanjutkan pekerjaannya.

Bila anak menunjukkan verbal frustration sebagai guru TK hendaknya jangan membiarkan atau mengacuhkan anak tersebut serta jangan membiarkannya, bantulah anak itu untuk memecahkan masalah tersebut. Apabila anak kesulitan dalam melakukan sesuatu tetapi tidak dapat mengungkapkannya anak tersebut harus dibantu untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut. Apabila anak tidak dapat mengungkapkan dorong anak untuk mengungkapkan dengan bahasanya sendiri dan guru dapat mengartikan perasaan dan keinginan anak melalui kata-kata lembut, agar anak merasakan bahwa guru merasaka dan memahami apa yang mereka inginkan.

Bila anak menunjukkan temperamental tantrum seorang guru hendaknya jangan mengacuhkan karena hal ini tidak dapat menyelesaikan masalah. Guru harus dapat membedakan antara mengontrol kemarahan yang dialami oleh anak dalam menginginkan sesuatu atau kemarahan sebagai rasa frustasi yang menunjukan ekspresi kesalahan dalam mengerjakan tugas-tugas yang dibebankan padanya. Adakalanya guru membutuhkan bantuan seoranr ahli dalam menangani masalah yang dihadapi anak tersebut.

  1. Mencoba mencatat tentang hal-hal yang dapat menyebabkan anak berlaku temper tantrum.

Seorang guru harus memahami penyebab yang terjadi pada anak mungkin saja pada saat itu anak merasa lapar, terlalu lelah, dan terlalu terstimulasi, sehingga harus berhati-hati untuk menghindari diri dari kondisi tersebut.

  1. Mencoba untuk mengendalikan diri

Guru dalam menghadapi perilaku tantru anak jangan lepas kontrol, karena mereka akan jadi bertingkah. Kendalikan diri dan minta maaf pada anak ini akan membuat emosi anak terkendali. Hampiri anak dengan tenang sambil tersenyum dan perhatikan bahwa guru tetap menghargai anak.

Guru adalah manusia yang memiliki keterbatasan, yang juga merasa tertekan dengan perilaku tantrum anak. Berilah pengertian pada anak, boleh marah tetapi dengan cara yang baik dan berilah reward pada anak missal berupa pujian pada saat anak tidak mengamuk atau marah-marah, tentunya guru harus konsisten.

  1. Jangan berargumentasi atau mencoba menjelaskan tindakan anda kepada anak pra sekolah yang sedang tantrum.

Perilaku anak tantrum ini tidak akan mengerti/mendengar apa yang dikatakan oleh guru atau orang tua, bahkan mereka tidak akan menghentikan teriakannya meskipun guru menjelaskan apapun pada anak tersebut.

  1. Jangan memberikan reward terhadap perilaku tantrum.

Seorang guru jangan mudah terpengaruh oleh tantrum meskipun bersalah, guru/orang tua harus bisa berkata tidak, walaupun anak segera menunjukkan perilaku tantrumnya karena ini merupakan awal penghentian disiplin anak. Sebagai guru harus dapat mengajarkan kepada anak cara mengendalikan diri meskipun dirumah anak selalu dituruiti oleh orang tuanya.

  1. Hindaripenggunaan obat

Anak jangan dibiasakan diberi obat untuk menghentikan perilaku tantrumnya, biasakan anak mengontrol emosinya dan berusaha menjelaskan keinginannya melalui kata-kata. Anak perlu penanganan mealui terapi modifikasi perilaku, missal metode time out.

$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$